Kamis, 09 Maret 2017

PRINSIP DAN KOMPONEN LATIHAN



 PRINSIP DAN KOMPONEN LATIHAN


PRINSIP-PRINSIP LATIHAN

          Prinsip latihan memiliki peranan yang sangat penting bagi atlet dan olahragawan, karena akan mendukung untuk upaya peningkatan kualitas latihan. Prinsip latihan merupakan hal yang harus ditaati atau dilakukan  agar tujuan dari latihan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Adapun prinsip-prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam proses latihan adalah : 


1. Prinsip individu
    Setiap atlet memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda, sehingga dalam menentukan bebean latihan harus disesuaikan dengan kemampuan setiap individu. untuk menentukan beban latian setiap individu tidak bisa disamakan karena ada perbedaan kemampuan setiap individu merespon bebean latihan yang diberikan. adapun  faktor yang dapat mempengaruhi  perbedaan kemampuan merespon bebean latihan adalah : keturunan/genetika, nitrisi/gizi, waktu istirahat, tingkat kebugaran, rasa sakit, cidera ,motivasi dan lingkungan.

2. Prinsip Adaptasi
Tingkat kecepatan dalam mengadaptasi setiap beban latihan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. olehkarena itu kecepatan adaptasi beban latihan deipengaruhi beberapa faktor, lama latihan, otot, kualitas olahragawan, dan sistem energi.

3. Prinsip Beban berlebih (overload)
untuk meningaktkan kualitas fisik, latihan yang dilakukan harus melawan beban latihan, yang artinya apabila atlet sudah beradaptasi terhadap beban latihan maka beban latihan selanjutnya harus ditingkatkan kembali. dengan dimikian yang harus dilakuakn harus mencatat dan melakukan tes pada waktu tertentu sebagai dasar kita dan atlet untuk menentukan beban latihan selanjutnya.
ada beberapa cara juga untuk menentukan beban latihan antara lain : dipercepat, diperberat dan diperlama.

4, Prinsip Beban Bersifat Progresif
dalam perinsip ini sangat berkaitan dengan perinsio overload. maka dari itu dengan memberikan beban progresif berarti jugan memberikan beban berlebih. latihan secara progresih harus dilakukan secara ajeg dan berkelanjutan

5. Prinsip Spesifikasi
perinsip ini berarti materi yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraganya. dan ini jugapun ada beberapa yang harus dipertimbangkan: Spesifikasa kebutuhan sistem energi, bentuk latihan, polagerak, dan kelompok otot yang terlibat.

6 Prinsip Bervariasi
proses latihan yang mototon dapat menyebabkan kejenuhan bagi atlet, sehingga mengakibatkan atlet kelelahan baik secara fisik maupun psikis. maka dariitu vasiasi latihan sangat diperlukan dalam proses latihan supaya tidak menimbulkan kejenuhan maupun kelelahan fisik dan psikis terhadap atlet. variasi latihan dapat dilakukan dengan : bentuk/model latihan, sarana dan prasarana, tempat latihan, teman latihan, dan suasana latihan.

7 Prinsip Pemanasan dan pendinginan
   Pemanasan (warming Up)
        secara fisiologis tujuan dari pemanasan adalah untuk menyiapkan kerja sistem tubuh. sedangkan secara psikologisnya adalah untuk meningkatkan konsentrasi, ketegangan mental dan menutunkan tingkat kecemasan.
   
   Inti latihan
   latihan ini merukakan latihan utama yang meliputi latihan fisik teknik taktik dan mental. proporsi pada latihan inti tergantung dari periodisasi latihan. pada periodisasi persiapan lebih dominan kepada kemampuan fisiknya dan pada periodisasi kompetisi lebih di dominasi latihan mental. pedoman menentukan latuhan inti :
      
 8 Latihan suplemen
        latihan ini metupaka latihan tambahan yang diberikan setelah latihan inti selesai dilaksanakan latihan suplemen berisikan tentang bentuk-bentuk  latihan yang perinsik gerakannya menyerupai denga gerak teknik cabang olahraga.

   Penutup (Warming-Down)
         Untuk mengembalikan fungsi tubuh ke arah normal dan menurunkan tingkat stres. rangkaian gerakan yang dapat dilakukan pada saat penenangan adalah aerobik ringan, gerakan yang dilakukan secara kontiyu dan ritmits, joging dan streching.


9 Prinsip Periodisasi
   Perinsip periodisasi latihan merupakan penetapan dan penjabaran dari tujuan latuhan secara                 keseluruhan Sebagai contoh periodisasi tahunan dalam salah satu cabor dikelompokkan menjadi tiga periode periode transisi, periode persiapan dan periode kompetisi.


10 Prinsip Berkebalikan
      atlet yang lama tidak melakukan latihan akan mengalami penurunan kondisi fisik. sebaliknya atlet yang melakukan latihan terlalu banayak dan tidak terprogram akan mengalami over training. demikian pula pada atlet apabila lama tidak melakuakn latihan akan mengalami penurunan kondisi fisik (detraining. untuk itu prinsip progresif harus dilakukan dalam proses latihan.

11 Prinsip Beban Moderat (tidak berlebihan)
       prinsip ini berarti beban latihan yang deberikan harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak latih. artinya beban tidak terlalu berat dan ringan sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik sesuai denga tujuan


12 Prinsip Sistematik
     prinsip ini perlu diterapkan dalam proses latihan dikarenakan prestasi olahragawan sifat sementara      dan labil. prinsip sistematik terkait dengan dosis dan skala prioritas dari sasaran latihan.







#SemogaBermanfaat
Sekedar Berbagi Ilmu 


Rabu, 08 Maret 2017

JOURNAL PENGARUH BERMAIN LONCAT BOX TERHADAP POWER TUNGKAI ANGGOTA BARU UNIT KEGIATAN MAHASISWA PENCAK SILAT TAHUN 2016 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA



JOURNAL

PENGARUH BERMAIN LONCAT BOX TERHADAP POWER TUNGKAI ANGGOTA BARU UNIT KEGIATAN MAHASISWA PENCAK SILAT TAHUN 2016  UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA







PENDAHULUAN
Dalam olahraga pencak silat pertandingan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu kategori jurus tunggal, kategori jurus ganda, kategori jurus beregu dan kategori tanding. Pada kategori tanding biasanya menggunakan sistem gugur. Pada persiapan untuk pertandingan kategori tanding, kondisi fisik merupakan unsur penting dan menjadi dasar atau pondasi dalam pengembangan latihan teknik, taktik, dan pengembangan mental.
Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus. Karena untuk mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga mampu membina pengembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek di kemudian hari. Kondisi fisik yang baik mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya mampu dan mudah mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah lelah saat mengikuti latihan maupun pertandingan, program latihan dapat diselesaikan tanpa mempunyai banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan berat. Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa didukung oleh kondisi fisik prima maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami banyak kendala.
Latihan merupakan suatu proses berlatih yang dilakukan dengan sistematis dan berulang-ulang dengan pembebanan yang diberikan secara progresif. Dalam istilah fisiologisnya, latihan adalah upaya seseorang dalam meningkatkan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga (Bompa, 1994:3)
Latihan kondisi fisik dalam pencak silat dapat dibedakan menjadi dua bentuk latihan kondisi fisik umum dan latihan kondisi fisik khusus. Kondisi fisik umum merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan prestasi tubuh yang terdiri atas komponen kekuatan, kecepatan, daya tahan dan kelentukan. Pada dasarnya pada setiap pengaturan program latihan persiapan fisik, latihan selalu dikembangkan secara bertahap yang dimana pada tahap pertama mencakup persiapan umum sebagai dasar untuk membangun tingkat kemampuan biomotor, yang selanjutnya diikuti oleh persiapan khusus. Latihan kondisi fisik khusus diartikan sebagai suatu latihan yang membentuk prestasi setiap cabang olahraga. Ini berarti bahwa kemampuan kondisi fisik khusus menunjukan kekhususan suatu cabang olahraga yang dimana kebutuhan terhadap kemampuan ini akan berbeda antara suatu cabang olahraga yang satu dengan lainnya. Dengan kata lain dalam olahraga pencak silat membutuhkan kemampuan kondisi fisik khusus yang dominan antara lain power tungkai, hal ini dapat diketahui dari lamanya aktivitas saat bertanding membutuhkan power di otot tungkai.
Menurut Harsono (1988: 200) menyatakan bahwa power itu penting terutama untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet harus mengerahkan tenaga yang eksplosif. Seperti dalam nomor lempar dalam atletik, cabang olahraga yang didalamnya terdapat unsur akselerasi (percepatan) seperti balap sepeda, renang, mendayung. Power juga sangat penting untuk memukul dan menendang seperti dalam cabang olahraga beladiri.
Metode latihan power dapat dengan cara pembebanan luar seperti menggunakan alat barbel dan bisa juga menggunakan beban sendiri seperti gerakan meloncat adalah penggunaan beban sendiri. Bila dilihat dari bentuk latihannya latihan loncat box dapat dugunakan untuk meningkatkan kondisi fisik seperti power.
Berdasarkan hasil observasi pada bulan mei 2015 di Unit Kegiatan mahasiswa pencak silat anggota baru Universitas Negeri Yogyakarta ada beberapa hal permasalahan yang saya amati dari peserta baru UKM pencak silat yaitu ; (1) banyak anggota baru UKM pencak silat UNY yang kemampuan melakukan beberapa teknik tendangan powernya masih lemah, seperti melakukan tendangan sabit dan tendangan depan. (2) kondisi kuda-kuda anggota baru UKM pencak silat UNY yang masih terlihat tidak kokoh. (3) para anggota baru UKM pencak silat UNY Sangat jarang diberikan latihan untuk meningkatkan kemampuan power tungkai anggota baru UKM pencak silatUNY dengan metode bermain.
Sesuai dengan prinsip latihan power menurut Awan Hariono (2006:79) power merupakan hasil kali dari kekuatan dengan kecepatan, sehingga semua bentuk latihan pada komponen biomotor kekuatan dapat dijadikan sebagai bentuk latihan. Perbedaannya adalah beban untuk latihan power harus lebih ringan dan dilakukan dengan irama yang cepat oleh krena wujud gerak dari power adalah eksposif. Sedangkan dalam Harsono (1988: 200) berpendapat bahwa power itu penting terutama untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet harus mengerahkan tenaga yang eksplosif. Sesuai dengan pendapat para ahli tersebut maka bermain loncat box sangat tepat untuk meningkatkan power tungkai karena dalam permainan loncat box memerlukan pergerakan yang sangat cepat dan eksplosif. Dan dengan model bermain ini diharapkan anggota baru UKM pencak silat UNY lebih tertarik dan termotivasi dalam mengikuti latihan. Kemudian, anggota baru UKM penck silat UNY akan memperoleh hasil yang baru, menyenangkan dan mampu meningkatkan kemampuan power tungkai anggota baru UKM pencak silat UNY.
Oleh karena itu dari beberapa bermasalahan diatas peneliti berkeinginan mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan loncat box terhadap power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan metode eksperimen adalah percobaan yang diawali dengan tes sebelumnya memberikan perlakuan teshadap subjek dan diakdiri dengan tes untuk menguji seberapa jauh akibat dari perlakuan yang diberikan. Jadi metode eksperimen merupakan metode yang paling tepat untuk menyelidiki hubungan sebab akibat.
Waktu dan Tempat Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai 30 April 2016.
Sampel dan Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2002:109). Penelitian ini menggunakan populasi anggota pencak silat Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta sebanyak 40 populasi.
Sampel adalah sebagian atau wakil yang akan diteliti (Suharsimi, 2002:109). Dalam penelitian ini dampel di ambil menggunakan teknik Incidental Sampling. Menurut Sugiyono (2012: 96) Incidental Sampling  adalah teknik penentuan sampel secara kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data. Sehingga sampel yang diperoleh untuk penelitian ini adalah sebanyak 20 peserta atau sampel 12 putra dan 8 putri Peserta Unit Kegiatan Mahasiswa pencak silat UNY.
Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
1.      Instrument
Instrument penelitian adalah alat atau tes yang akan digunakan untuk mengumpulkan data guna mendukung dalam keberhasilan suatu penelitian (Sugiyono,1999:98). Dengan adanya data yang terkumpul digunakan untuk menjawab masalah peneliti dan menguji hipotesis penelitian. Instrument dalam penelitian ini menggunakan Vertical Jump Test (Ismaryati, 2006:61).
2.      Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode eksperimen dengan bermain loncat box sebagai variabel bebas dan kemampuan meloncat sebagai variabel terikat. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu: (1). Data pre-test hasil tes kemampuan meloncat atau power otot tungkai dengan menggunakan Vertical Jump Test sebelum sampel diberikan perlakuan atau treatment, (2). Data post-test hasil tes kemampuan meloncat atau power otot tungkai dengan menggunakan Vertical Jump Test setelah sampel diberikan perlakuan atau treatment dengan menggunakan metode latihan loncat box dengan dua tumpuan dan satu tumpuan.
Teknik Analisis Data
Menurut Sutrisno Hadi (1993 : 278), analisis terhadap hasil-hasil eksperimen yang didasarkan atas the one group pre test and post test design selalu menggunakan t-test pada correlated sampel. Dengan demikian untuk pengetesan signifikasi dengan menggunakan t-test dengan rumus pendek (short methode). Rumus ini banyak digunakan dalam penelitian eksperimen karena efektif dan efesien. Rumus pendek adalah rumus yang serba guna dan efesien, rumus ini dapat dipersiapkan untuk penyelidikan eksperimen yang menggunakan the one group pre test and post test design yaitu eksperimen yang menggunakan hanya satu kelompok (one group experiment) yang sekaligus menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada periode-periode eksperimen yang berlainan. Rumus ini tujuannya untuk mengetahui pengaruh bermain loncat box terhadap power tungkai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pengambilan data pretest pada hari Senin, 07 Maret 2016 pukul 16.00-18.00 WIB sedangkan untuk posttest pada hari Kamis, 14 April 2016 pukul 16.00-18.00 WIB. Latihan dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan, dengan frekuensi 3 kali dalam satu Minggu, yaitu hari Senin, Rabu, dan Kamis. Hasil pretest dan posttest power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:




Tabel 1. Data Hasil Penelitian Pretest dan Posttest Power Tungkai
No
Pretest
Posttest
Selisih
1
61
65
4
2
59
61
2
3
64
65
1
4
68
69
1
5
56
58
2
6
52
53
1
7
61
64
3
8
40
42
2
9
45
46
1
10
42
43
1
11
60
62
2
12
57
60
3
13
50
53
3
14
48
50
2
15
36
37
1
16
28
30
2
17
34
36
2
18
31
33
2
19
29
31
2
20
32
34
2
Hasil analisis statistik deskriptif pretest power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta, didapat nilai minimal = 28,0, nilai maksimal = 68,0, rata-rata = 47,65, nilai tengah (median) 49,0, nilai yang sering muncul (mode) 61,0, dengan simpang baku = 12,93, sedangkan untuk posttest didapat nilai minimal = 30,0, nilai maksimal = 69,0, rata-rata = 49,6 nilai tengah (median) 51,5, nilai yang sering muncul (mode) 53,0, dengan simpang baku = 13,08. Hasil selengkapnya sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripstif Statistik Pretest dan Posttest Power Tungkai
Statistik
Pretest
Posttest
N
20
20
Mean
47,6500
49,6000
Median
49,0000
51,5000
Mode
61,00
53,00a
Std, Deviation
1,29301E1
1,30803E1
Minimum
28,00
30,00
Maximum
68,00
69,00
Sum
953,00
992,00

Berdasarkan pada tabel 2 tersebut di atas, pretest dan posttest power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta disajikan pada gambar 21 sebagai berikut:

Gambar 1.      Diagram Batang Pretest dan Posttest Power Tungkai Peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta.


Hasil Uji Prasyarat
a.        Uji Normalitas
            Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel-variabel dalam penelitian mempunyai sebaran distribusi normal atau tidak. Penghitungan uji normalitas ini menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov Z, dengan pengolahan menggunakan bantuan komputer program SPSS 16. Hasilnya disajikan pada tabel 3 sebagai berikut.
          Tabel 3. Uji Normalitas
Kelompok
p
 Sig.
Keterangan
Pretest
0,823
0,05
Normal
Posttest
0,830
0,05
Normal
            Dari hasil tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa semua data memiliki nilai p (Sig.) > 0.05, maka variabel berdistribusi normal. Karena semua data berdistribusi normal maka analisis dapat dilanjutkan.
b.        Uji Homogenitas
Uji homogenitas berguna untuk menguji kesamaan sampel yaitu seragam atau tidak varian sampel yang diambil dari populasi. Kaidah homogenitas jika p > 0.05, maka tes dinyatakan homogen, jika p < 0.05, maka tes dikatakan tidak homogen. Hasil uji homogenitas penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
   Tabel 4. Uji Homogenitas
Kelompok
df1
df2
Sig.
Keterangan
Pretest-Postest
1
38
0,891
Homogen

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat nilai pretest sig. p 0,891 > 0,05 sehingga data bersifat homogen. Oleh karena semua data bersifat homogen maka analisis data dapat dilanjutkan dengan statistik parametrik.
Hasil Uji Hipotesis
Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis yang berbunyi ada pengaruh bermain loncat box terhadap peningkatan kemampuan power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta, berdasarkan hasil pre-test dan post-test. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan yang signifikan maka bermain loncat box memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan power tungkai. Kesimpulan penelitian dinyatakan signifikan jika nilai t hitung > t tabel dan nilai sig lebih kecil dari 0.05 (Sig < 0.05). Berdasarkan hasil analisis diperoleh data pada tabel 5 sebagai berikut.
Kelompok
Rata-rata
t-test for Equality of means
t ht
t tb
Sig,
Selisih
%
Pretest
47,6500
10,563
2,09
0,000
1,95
4,09%
Posttest
49,6000

 Tabel 5. Uji-t Hasil Pre-Test dan Post-Test Power Tungkai
            Dari hasil uji-t pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa t hitung 10,563 dan t tabel 2,09 (df 19) dengan nilai signifikansi p sebesar 0,000. Oleh karena t hitung 10,563 > ttabel 2,09, dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi ada pengaruh bermain loncat box terhadap peningkatan kemampuan power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta”, diterima. Artinya bermain loncat box memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta. Dari data pretest memiliki rerata 47,65 cm, selanjutnya pada saat posttest rerata mencapai 49,60 cm. Besarnya peningkatan power tungkai tersebut dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata yaitu sebesar 1,95 cm, dengan kenaikan persentase sebesar 4,09%.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian diperoleh peningkatan yang signifikan terhadap kelompok yang diteliti. Pemberian perlakuan bermain loncat box selama 12 kali pertemuan memberikan pengaruh terhadap peningkatan power tungkai anggota baru Unit Kegiatan Mahasiswa pencak silat tahun 2016 Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bermain loncat box terhadap peningkatan kemampuan power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta, adapun urutan kegiatan yang harus dilakukan sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan adalah: (1) diadakan pretest   pertama kali pertemuandengan tujuan supaya power tungkai awal diketahui, (2) pemberian treatment permainan net sebanyak 12 kali pertemuan, (3) kemudian yang terakhir di akhir pertemuan setelah perlakuan treatment adalah diadakannya posttest yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan power tungkai terhadap subjek yang diberi perlakuan. Untuk mengetahui adanya perbedaan atau pengaruh bermain loncat box terhadap peningkatan kemampuan power tungkai anggota baru Unit Kegiatan Mahasiswa pencak silat tahun 2016 Universitas Negeri Yogyakarta dapat dibuktikan dengan uji-t. Uji-t akan menampilkan besar nilai t-hitung dan signifikansinya. Ada tidaknya peningkatan power tungkai setelah melakukan treatment bermain loncat box dapat diketahui dari nilai rata-rata pretest dan posttest pada uji-t tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan bermain loncat box dapat meningkatkan power tungkai anggota baru Unit Kegiatan Mahasiswa pencak silat tahun 2016 Universitas Negeri Yogyakarta. Dengan hasil penelitian ini pula diketahui bahwa bermain loncat box sebanyak 12  kali memiliki peranan sebanyak 4,09% terhadap peningkatan power tungkai peserta Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Wong (2000) bahwa bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta suara.
Pada saat treatment berlangsung subjek sangat antusias saat mengikuti latihan yaitu bermain loncat box. Atlet sangat bersemangat dan setiap orang merasa tidak mau kalah dari lawannya. Tidak ada yang mengeluh saat bermain box, atlet semua merasa senang dan tidak merasa terbebani. Melihat betapa efektifnya latihan ini, yaitu dapat meningkatkan power tungkai, membuat peneliti menjadi merasa perlu untuk menyarankan metode bermain box ini kepada klub lain untuk menerapkan metode ini di dalam meningkatkan power tungkai.
Melompat di atas bok dan turun lagi di tempat yang sama secara terus menerus sampai batas waktu yang ditentukan. Dapat dilakukan dengan berbagai macam bervariasi, misalnya: naik turun ke arah depan, menyamping kanan kiri. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan latihan box jump, di antaranya: menggunakan gerakan lengan untuk membantu tolakan, pada setiap pendaratan lutut ditekuk untuk membantu keseimbangan, gerakan dilakukan dengan cepat, dan waktu sentuh dengan tanah dan kotak diusahakan sesingkat mungkin.  Bermain loncat box adalah permainan yang akan mendominasi otot tungkai dalam pelaksanaan permainan. Dan permainan ini menuntut kinerja otot tungkai yang maksimal dalam permainan secara otomatis apabila permainan loncat box ini dilaksanakan dengan prinsip kontinuitas dalam proses latihan akan sangat mendukung peningkatan kemampuan power tungkai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bermain loncat box terhadap peningkatan kemampuan power tungkai anggota baru Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat Universitas Negeri Yogyakarta, dengan nilai t hitung 10,563 > ttabel 2,09, dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, dan kenaikan persentase sebesar 4,09%, sehingga Ha diterima.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu:
1.    Bagi pelatih supaya lebih memperbanyak variasi-variasi latihan dalam meningkatkan power tunggai atlet.
2.    Bagi atlet agar lebih menjaga kondisi di luar latihan supaya pada saat latihan mendapatkan hasil yang maksimal.
3.    Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan variabel bebasnya dan memperbanyak sampel yang akan diteliti, serta mengembangkan dan menyempurnakan program latihan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa. O. Tudor. (1994) Theory and Methodologi of Training. Torono Kendal/Hunt Publishing Company.
Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. CV Tambak Kusuma Jakarta.
Awan Hariono. (2006). Metode Melatih Fisik Pencak Silat. UNY.
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.
Ismaryati. (2006). Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: UNS Press.
Sutrisno Hadi. (1993). Metodoligi Riseare. Yogyakarta: UGM.